Puji

Setiap saat kuhaturkan pujian untukmu

Sebagai bukti sayangku padamu

Tak pernah lelah aku menyebut namamu

Karena engkau pantas untuk dipuji

Panggilan jiwaku berkata untuk menyembah padamu

Dalam setiap tatapan sembahku

Ku coba untuk menyatukan jiwaku dan jiwamu

Dalam sebuah pengembaraan jiwa

Oh illahi, aku ingin bertemu denganmu

Bertemu dengan manifestasimu

Dalam kehidupan nyata ini

Dalam kehidupan semu ini

Apakah aku akan tetap bisa

Memuja dan memujimu

Dalam setiap desahan nafasku

Setiap langkah kakiku

Dan hingga saat akhir hayatku

Pejaten Timur, 27 Januari 2006, PKl. 23.44 Wib

Resah

Hari semakin larut

Tak terasa dentang waktu terus berputar

Kau semakin jauh

Hatiku resah inigin mendengar suaramu

Entah mengapa hari-hariku sepi tak bertemu denganmu

Keresahan semakin menghantui diriku

Jiwaku hampa bagaikan ruang kosong

Dalam sebuah botol

Entah apa yang kuresahkan

Aku sendiri tidak tahu pasti

Kuingin bertemu denganmu

Walaupun harus melepaskan ruhku

Untuk menujumu harus melalui penyingkapan hati

Membuka tabir kelam didalam hatiku

Yang telah lama tertutup

Dan akan terbuka kembali

Hanya untuk bertemu denganmu

Wahai Illahi Rabbi

Ampunilah diriku yang rindu akan mukasyafahmu

Pejaten Timur, 27 Januari 2006, Pkl. 23.34 Wib

Menunggu

Detik-detik demi detik telah berlalu

Hari berganti hari

Tak terasa waktu terus bergulir

Tak ada yang bisa menebak perguliran waktu ini

Entah apa yang juga kunanti saat ini

Kegelisahan terus menghantuiku

Menanti sesuatu yang tidak pasti

Menunggu dengan penuh harap

Menunggu akan kehadiran sebuah keabadian

Menunggu akhir sebuah kehidupan

Menunggu dengan segenap jiwa akan keikhlasan

Keikhlasan sebuah pengabdian akan tanggung jawab

Akankah penantian ini segera berakhir

Berakhir dengan sebuah kebahagiaan

Ataukah ia hanya penantian semu

Penantian tanpa batas dan akhir

Pejaten timur, 23 Januari 2006, pkl. 20.13 Wib

Lamunanku

Dalam keraguanku akan keberadaanku

Kududuk didepan sebuah hasil eksperimen

Kududuk termenung dan entah apa

Yang ada dalam benakku

Apakah masa lalu, masa kini atau masa depan

Yang ada dalam pikiranku terbesit

Bagaimana mengakhiri hidup ini

Dan bagaimana menyukseskan kongres HMI

Dan ternyata yang harus kusukseskan

Adalah kongres HMI dan menunda kematian

Dengan semboyan “ Buka Mata hati dan Tutup Mata Keledai

Mata kebodohan diri pribadi/egomu

Walaupun kuharus mengorbankan diriku

Semua jalan ini akan kutempuh

Demi dirimu Wahai HMI

Kekasih tercintaku

Senyumlah

Kekasih apakah masih ada senyum diwajahmu

Wajah imut terlihat begitu manis

Kekasihku tersenyumlah walau hanya sesaat

Tuk menghibur hatiku yang sedang kalut

Senyum itu begitu indah

Mengobati kedukaanku

Kerinduanku akan dirinya

Yang jauh disana

Senyumlah seperti senyum Rasulullah

Dengan penuh keimanan

Menghibur hati sang perindu

Menghibur bintang-bintang malam

Yang sedang dilanda kegelapan

Yang sedang dilanda kerinduan

Yang sedang dilanda musibah alam

Kau tetap tersenyum dengan keindahan

Pejaten Timur, 20 Januari 2006, PKl. 10.21. Wib

Cahaya Surga

Cahaya hati cahaya surga

Turun bersama dengan turunnya dirimu dari langit

Cahayanya begitu memukau setiap makhluk

Menyilaukan alam yang sedang sepi

Menyentakkan binatang malam yang sedang terlelap

Kehadiranmu begitu mempesona penghuni bumi

Datang dengan penuh keharuman surgawi

Yang dibawa oleh para bidadari

Hati terasa menjadi begitu indah

Menghiasi kegelapan dihati sang pecinta

Yang sedang dirundung duka

Akankah cahaya itu akan tetap berada dibumi

Menerangi sepanjang malam

Kekal didalam kegelapan

Abadi didalam kesunyian

Dan kekal dalam hatiku yang gundah gulana

Mesjid Baru, 17 Januari 2006, Pkl. 14.19 Wib

Bunda

Kau telah melahirkan diriku

Dengan separuh nafas kau berusaha menghadirkanku

Dimuka bumi, dengan keceriaan

Dengan kehidupan layaknya manusia kau besarkan aku

Kata mereka diriku selalu dimanja

Dengan penuh kasih kau tetap tersenyum

Walaupun guratan kesedihan ada diwajahmu

Tapi kau berusaha untuk tidak menampakkannya

Bagai tangan Tuhan engkau menggendongku

Merangkulku dikala aku terjatuh

Mengobati jiwaku yang sedang goncang

Dengan obat hati dan senyuman

Walau kini kau tak lagi bisa melihatku

Telah tumbuh dewasa menjadi manusia

Bersama dengan bertambahnya usiaku

Aku rindu bertemu denganmu

Walau kau jauh disana aku tetap mendoakanmu

Agar tetap sehat selalu

Agar kita bisa bertemu lagi seperti masa dahulu

Bercanda bersama tentang hidup ini

Mesjid Baru, 17 Januari 2006. Pkl. 14.06 Wib

AKU

Aku bukanlah aku yang dulu lagi

Aku dulu hidup nyufi jadi aku yang suka nongkrong di Mall

Aku yang dulu menjadi Al quran sebagai sahabatku

Merubah HP sebagai sahabat

Aku yang dahulu sangat spritualis

Jadi aku yang hidup dengan cybernet

Akan kah aku tetap menjadi aku

Aku hidup dengan setengah kebahagiaan

Aku ingin seperti dulu lagi

Hidup dengan kesederhanaan

Hidup dengan penuh cinta kasih

Hidup dengan kemanusiaanku

Dengan kebiasaanku sebagai insan Ulil Al Baab

Yang bangun ditengah malam

Yang berpuasa Sunah Senin Kamis

Yang suka membaca buku tasawuf

Apakah itu akan terjadi

Apakah akan terulang lagi

Way Not

Mesjid Baru, 17 Januari 2006, Pkl. 13.56 WIB

Gerak Cinta

Makhluk hidup di muka bumi ini digerakkan oleh cinta

Begitu juga diriku digerakkan oleh cinta

Tak ada satupun yang tidak digerakkan oleh cinta

Gerak cinta begitu lembut dilakoni oleh pesuluk

Gerak daun memanggil kita berlindung dibawahnya

Gerak hati membuat kita ingin memperbaiki diri

Dari jiwa hewani menuju jiwa ketuhanan

Gerak cinta illahi setiap saat memanggil kita

Dalam setiap lafas yang terucap dari mulut hamba

Terucap doa akan kedekatan dengannya

Setiap desah nafasku kuingin mengucap katanya

Setiap detik berlalu tanpa dirinya serasa hampa

Setiap gerak kehidupan adalah gerak cinta illahi

Yang tersenandungkan dalam ayat-ayatnya

Yang terealisasi dalam kehidupan dunia ini

Semua akan bergerak bersama cinta illahi

Pejaten Timur, 31 Desember 2005, Pkl. 20.31